Makam Situs Nyi Subang Larang
Sejarah Penelusuran
Situs Nyi Subang Larang
***Masih Perlu
Penelitian dari Arkeolog
BANGSA yang besar adalah
bangsa yang menghargai sejarah bangsanya. Kalimat itu sederhana namun artinya
sangat mendalam. Ya, kita harus menghargai sejarah yang ada di bangsa kita. Namun
sejarah Subang yang tertanda di situs sejarah Nyi Subang Larang di Kecamatan
Binong justru tidak terawat?
YUSUP SUPARMAN, Subang
Situs Nyi Subang Larang
tepatnya berada di Desa Naggerang RT 11/RW 02 Kecamatan Binong. Untuk kedua
kalinya datang ke tempat itu. Namun, pada kesempatan pertama dalam tidak
mendapat informasi yang banyak. Hanya bertemu dengan pedagang yang ada di sana.
Tak bercerita banyak mengenai situs tersebut.
Sempat bertukar nomor
telepon dengan pedagang di lokasi Situs Subang Larang. Alhasil, satu hari
setelah itu ternyata ada pengelola yang langsung menelpon. Yaitu juru pelihara
di situs Nyi Subang Larang, Asep Saeful Anwar. Dia dengan tangan terbuka
mengajak untuk datang ke tempat itu kembali.
Singkat cerita, Minggu
(13/7) Pasundan Ekspres kembali datang ke situs tersebut. Ketika itu,
hari masih pagi. Memakan waktu kurang lebih satu jam untuk sampai ke lokasi. Perjalanan
yang cukup menantang, sebab akses untuk menuju ke situs tersebut cukup sulit. Jalannya
rusak, belum lagi, harus melintasi beberapa kebun yang cukup menyeramkan.
Meski sedikit
menyeramkan, memberanikan diri untuk terus melanjutkan perjalanan. Ketika
memasuki beberapa kebun di sana, sudah disambut dengan wangi-wangian yang
membuat bulu kunduk merinding. Itu tak membuat mengalah, tetap melanjutkan
perjalanan. Akhirnya tiba di lokasi. Bagaimana setelah itu?
Ya, kedatangan Pasundan
Ekspres disambut baik oleh warga yang kebetulan lagi menikmati suasana pagi
di tempat itu. Istemewanya, telah ada Pak Asep Saeful Anwar menunggu kedatangan
saya. Dia menceritakan mengapa situs Nyi Subang Larang bisa ditemukan di desa
itu. Menurut dia, dulu ada seorang peneliti sejarah yang sangat penasaran akan
keberadaan Nyi Subang Larang bernama Abah Dasep Arifin, seorang budayawan dari
Bogor.
Juru pelihara situs
tersebut mengatakan, sosok budayawan itu sangat penasaran terhadap keberadaan
makam Nyi Subang Larang. Berhubung dia orang Bogor dan merupakan ibu kota
terakhir dari Kerajaan Padjajaran, akhirnya memutuskan untuk mencari keberadan
makam Nyi Subang Larang. Di Bogor itu, kata Asep, ada satu literatur yang
namanya pantun parakan salak (gunung salak).
“Beliau itu baca pantun
itu, di sana ada judul layon kobong. Layon kobong itu menceritakan tentang
jenazah Nyi Subang Larang. Beliau itu kan permaisurinya Raden Pamanah Rasa atau
Sri Baginda Maharaja Padjadjaran,” ungkapnya.
Juru pelihara itu
melanjutkan, dalam pantun tersebut Nyi Subang Larang pada saat mau meninggal
ingin dikuburkan di kampung halamannya. Menurut pantun tersebut, tempat asal
Nyi Subang Larang yaitu di kerajaan kecil Japura. Namun sangat disayangkan,
kerajaan tersebut saat ini lokasinya masih menjadi misteri berada di daerah
mana-mananya.
Menurut sejarah, Nyi
Subang Larang berada di tegal alang-alang Cirebon. Tapi ternyata, ketika Abah Dasep Arifin mencari di daerah
Cirebon, tidak ada makam Nyi Subang Larang. Sehingga, berawal dari hal itulah
Abah Dasep melanjutkan pencariannya ke daerah lain.
“Setelah itu,
pencariannya itu sekitar 10 sampai 20 tahun untuk menemukan makam Nyi Subang
Larang. Setelah masa pencarian itu, akhirnya beliau bertemu dengan orang Gelok
(Kecamatan Cipunagara, Subang). Gelok itu kan makamnya ratu Mantia. Ratu
Mantia itu adalah pengiringnya (Orang terdekatnya) Nyi Subang Larang. Setelah
mendapat informasi itu, beliau memperkirakan bahwa makam Nyi Subang Larang itu tidak
bakalan jauh dari lokasi Gelok,” ungkapnya.
Juru pelihara tersebut
kembali melanjutkan, setelah Abah Dasep berasumsi seperti itu, akhirnya Abah
mengutus orang untuk mencari satu perkampungan yang diduga terdapat makam Nyi
Subang Larang.
“Beliau mengutus orang
untuk mencari suatu perkampungan yang namanya kampung Alif atau Muara Jati atau
Teluk Agung. Akhirnya Abah Dasep itu datanglah ke kawasan ini, karena kawasan ini
disebut Astana Panjang kalau orang bilang,” ungkapnya.
Setelah Abah Dasep
datang ke kawasan Nanggerang tersebut, akhirnya dilakukan penelitian. Di mana
hasil penelitian itu menyebutkan bahwa lokasi tersebut merupakan lokasi kuburan
kuno. Ini terbukti dengan temuan yang berupa tulang belulang, dan manik-manik
yang diduga milik Nyi Subang Larang.
Jadi setelah temuan itu,
Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar, mengukuhkan lokasi tersebut
sebagai cagar budaya baru. Itu dibuktikan dengan mendapatkan penetapan langsung
dari Kepala Disparbud Jabar, Herdiwan, didampingi Acil Bimbo dan Dasep Arifin,
dari Dewan Kasepuhan Padjadjaran.
Sehingga sejak
ditetapkan ketika 30 Juni 2011 lalu, situs Nyi Subang Larang tersebut kini
dikelola oleh pihak yayasan. Di mana pihak yayasan yang mengelola lahan seluas
kurang lebih 6.000 m2 itu ialah salah satunya pemilik lahan dari ditemukannya
makam Nyi Subang Larang itu. Pemilik lahan atau sekarang menjadi ketua Yayasan
pengelola tersebut bernama Sanjaya.
Sementara pihak
yayasan sampai saat ini berharap ada penelitian lanjutan dari arkeolog-arkeolog
untuk benar-benar memastikan bahwa di lokasi tersebut terdapat makam Nyi Subang
Larang dan untuk memastikan kembali bahwa di daerah itu masih ada misteri yang
masih harus banyak diungkap.
Menurutnya, setiap
orang boleh memiliki pandangan yang berbeda tentang keberadaan situs tersebut. “Hanya
saja perlu diketahui, kebenaran data yang sebenar-benarnya hanya dari Tuhan
Yang Maha Esa, Dia yang tahu segalanya tentang apa yang sudah terjadi di zaman
dulu,” pungkasnya.(*/man)
0 komentar:
Posting Komentar