Selamat Datang di Blog Luar Biasa Ini. Anda Puas, Saya Pun Begitu

Penasaran dengan Saya?

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 07 Januari 2015

Makam Situs Nyi Subang Larang


Sejarah Penelusuran Situs Nyi Subang Larang
***Masih Perlu Penelitian dari Arkeolog
BANGSA yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya. Kalimat itu sederhana namun artinya sangat mendalam. Ya, kita harus menghargai sejarah yang ada di bangsa kita. Namun sejarah Subang yang tertanda di situs sejarah Nyi Subang Larang di Kecamatan Binong justru tidak terawat?


YUSUP SUPARMAN, Subang
Situs Nyi Subang Larang tepatnya berada di Desa Naggerang RT 11/RW 02 Kecamatan Binong. Untuk kedua kalinya datang ke tempat itu. Namun, pada kesempatan pertama dalam tidak mendapat informasi yang banyak. Hanya bertemu dengan pedagang yang ada di sana. Tak bercerita banyak mengenai situs tersebut.
Sempat bertukar nomor telepon dengan pedagang di lokasi Situs Subang Larang. Alhasil, satu hari setelah itu ternyata ada pengelola yang langsung menelpon. Yaitu juru pelihara di situs Nyi Subang Larang, Asep Saeful Anwar. Dia dengan tangan terbuka mengajak untuk datang ke tempat itu kembali.
Singkat cerita, Minggu (13/7) Pasundan Ekspres kembali datang ke situs tersebut. Ketika itu, hari masih pagi. Memakan waktu kurang lebih satu jam untuk sampai ke lokasi. Perjalanan yang cukup menantang, sebab akses untuk menuju ke situs tersebut cukup sulit. Jalannya rusak, belum lagi, harus melintasi beberapa kebun yang cukup menyeramkan.
Meski sedikit menyeramkan, memberanikan diri untuk terus melanjutkan perjalanan. Ketika memasuki beberapa kebun di sana, sudah disambut dengan wangi-wangian yang membuat bulu kunduk merinding. Itu tak membuat mengalah, tetap melanjutkan perjalanan. Akhirnya tiba di lokasi. Bagaimana setelah itu?
Ya, kedatangan Pasundan Ekspres disambut baik oleh warga yang kebetulan lagi menikmati suasana pagi di tempat itu. Istemewanya, telah ada Pak Asep Saeful Anwar menunggu kedatangan saya. Dia menceritakan mengapa situs Nyi Subang Larang bisa ditemukan di desa itu. Menurut dia, dulu ada seorang peneliti sejarah yang sangat penasaran akan keberadaan Nyi Subang Larang bernama Abah Dasep Arifin, seorang budayawan dari Bogor.
Juru pelihara situs tersebut mengatakan, sosok budayawan itu sangat penasaran terhadap keberadaan makam Nyi Subang Larang. Berhubung dia orang Bogor dan merupakan ibu kota terakhir dari Kerajaan Padjajaran, akhirnya memutuskan untuk mencari keberadan makam Nyi Subang Larang. Di Bogor itu, kata Asep, ada satu literatur yang namanya pantun parakan salak (gunung salak).
“Beliau itu baca pantun itu, di sana ada judul layon kobong. Layon kobong itu menceritakan tentang jenazah Nyi Subang Larang. Beliau itu kan permaisurinya Raden Pamanah Rasa atau Sri Baginda Maharaja Padjadjaran,” ungkapnya.
Juru pelihara itu melanjutkan, dalam pantun tersebut Nyi Subang Larang pada saat mau meninggal ingin dikuburkan di kampung halamannya. Menurut pantun tersebut, tempat asal Nyi Subang Larang yaitu di kerajaan kecil Japura. Namun sangat disayangkan, kerajaan tersebut saat ini lokasinya masih menjadi misteri berada di daerah mana-mananya.  
Menurut sejarah, Nyi Subang Larang berada di tegal alang-alang Cirebon. Tapi ternyata,  ketika Abah Dasep Arifin mencari di daerah Cirebon, tidak ada makam Nyi Subang Larang. Sehingga, berawal dari hal itulah Abah Dasep melanjutkan pencariannya ke daerah lain.
“Setelah itu, pencariannya itu sekitar 10 sampai 20 tahun untuk menemukan makam Nyi Subang Larang. Setelah masa pencarian itu, akhirnya beliau bertemu dengan orang Gelok (Kecamatan Cipunagara, Subang). Gelok itu kan makamnya ratu Mantia. Ratu Mantia itu adalah pengiringnya (Orang terdekatnya) Nyi Subang Larang. Setelah mendapat informasi itu, beliau memperkirakan bahwa makam Nyi Subang Larang itu tidak bakalan jauh dari lokasi Gelok,” ungkapnya.
Juru pelihara tersebut kembali melanjutkan, setelah Abah Dasep berasumsi seperti itu, akhirnya Abah mengutus orang untuk mencari satu perkampungan yang diduga terdapat makam Nyi Subang Larang.
“Beliau mengutus orang untuk mencari suatu perkampungan yang namanya kampung Alif atau Muara Jati atau Teluk Agung. Akhirnya Abah Dasep itu datanglah ke kawasan ini, karena kawasan ini disebut Astana Panjang kalau orang bilang,” ungkapnya.
Setelah Abah Dasep datang ke kawasan Nanggerang tersebut, akhirnya dilakukan penelitian. Di mana hasil penelitian itu menyebutkan bahwa lokasi tersebut merupakan lokasi kuburan kuno. Ini terbukti dengan temuan yang berupa tulang belulang, dan manik-manik yang diduga milik Nyi Subang Larang.
Jadi setelah temuan itu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar, mengukuhkan lokasi tersebut sebagai cagar budaya baru. Itu dibuktikan dengan mendapatkan penetapan langsung dari Kepala Disparbud Jabar, Herdiwan, didampingi Acil Bimbo dan Dasep Arifin, dari  Dewan Kasepuhan Padjadjaran.
Sehingga sejak ditetapkan ketika 30 Juni 2011 lalu, situs Nyi Subang Larang tersebut kini dikelola oleh pihak yayasan. Di mana pihak yayasan yang mengelola lahan seluas kurang lebih 6.000 m2 itu ialah salah satunya pemilik lahan dari ditemukannya makam Nyi Subang Larang itu. Pemilik lahan atau sekarang menjadi ketua Yayasan pengelola tersebut bernama Sanjaya.
Sementara pihak yayasan sampai saat ini berharap ada penelitian lanjutan dari arkeolog-arkeolog untuk benar-benar memastikan bahwa di lokasi tersebut terdapat makam Nyi Subang Larang dan untuk memastikan kembali bahwa di daerah itu masih ada misteri yang masih harus banyak diungkap. 
Menurutnya, setiap orang boleh memiliki pandangan yang berbeda tentang keberadaan situs tersebut. “Hanya saja perlu diketahui, kebenaran data yang sebenar-benarnya hanya dari Tuhan Yang Maha Esa, Dia yang tahu segalanya tentang apa yang sudah terjadi di zaman dulu,” pungkasnya.(*/man)


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 komentar:

Posting Komentar